DOMPU, MATITINEWS.COM – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Maman SKM, menghimbau kepada seluruh masyarakat yang mengidap penyakit TBC atau Penderita TBC, agar tidak malu memperlihatkan diri dan mengakui penyakit yang dideritanya.
“Jangan malu mengakui bahwa kita menderita TBC karena penyakit itu bukan kutukan. Obat untuk penyakit TBC itu sudah ada dan sangat bisa disembuhkan asalkan si penderita mau mengikuti program pengobatan dan mengkonsumsi obat secara teratur dan tuntas selama enam bulan,” ungkap Maman, Senin 16/01/2023.
Penderita TBC bisa disembuhkan secara total apabila mengikuti proses pengobatan dengan meminum obat yang ditentukan oleh tim medis secara teratur dan tuntas selama enam bulan. “Apabila dalam proses pengobatan terjadi kealpaan dalam meminum obat satu hari saja maka penderita tersebut harus mengulang dan memulai dari awal meskipun dia sudah meminum obat secara berturut – turut selama lima bulan dari enam bulan yang ditentukan,” jelas Maman
Penderita TBC akan sangat membahayakan orang lain apabila proses pengobatannya tidak sesuai ketentuan, karena apabila tidak, akan mengakibatka penderita menjadi resisten terhadap obat, bahayanya lagi orang yang tertular oleh pengidap TBC resistence akan menjadi pengidap TBC resisten baru atau diistilahkan dengan Zombie itu,” ungkap Maman
Yang paling dikhawatirkan adalah ketika penderita berhenti minum obat, sementara kuman TBC di dalam tubuh masih aktif, maka pada saat tertentu pasti kumat. Sehingga proses pengobatan terhadap penderita tersebut harus diulang dari awal dan apabila berhenti lagi maka penderita ini dialihkan pada proses pengobatan selanjutnya.
Tahap lanjutan dimaksud urai Maman yakni, program pengobatan dengan MDR (Multi Drug Resistant), pada tahap ini pasien sudah resistant karena pernah menggunakan banyak obat di program pengobatan sebelumnya. “Namun bila di tahap ini pun masih tidak teratur maka tidak akan ada lagi obat yang bisa menyembuhkannya,” ungkap dia.
Artinya lanjut Maman, pasien penderita TBC tersebut menjadi resisten karena pada pengobatan awal tidak meminum obat secara teratur dan tuntas. Untuk itu di pengobatan TBC diperlukan PMO (Pengawas Minum Obat) yang diharapkan bisa memantau si penderita untuk meminum obat secara teratur dan tuntas.
PMO ini lanjut Maman diharapkan dari tenaga kesehatan di wilayah atau lingkungan penderita, selain itu bisa juga dari pihak keluarga yang dianggap disegani yang bisa memastikan penderita meminum obat secara teratur dan tuntas selama enam bulan.
“Biasanya penderita malas dan jenuh meminum obat dengan jadwal panjang seperti itu sehingga mereka berhenti begitu merasa agak membaik padahal kumannya masih aktif di dalam tubuh. Kesannya mereka seperti zombie karena membawa kuman yang bisa menularkan bakteri ke minimal 13 orang lain di sekitarnya”, terang Maman. (Alfatih/Ad)