DOMPU, MATITINEWS.COM – Pencarian terhadap M. Saleh korban yang diduga terseret air pasang di kawasan mancing Air Panas dan Tebing Walet Nanga Doro Kecamatan Hu’U Kabupaten Dompu, akan dilanjutkan besok Minggu 29/12 sekitar pukul 06 pagi oleh tim dari Kepolisian Resor Dompu, tim BPBD, warga setempat bersama tim BASARNAS yang bermarkas di Kabupaten Bima. Kendati demikian, sudah banyak pihak yang memperkirakan bahwa M. Saleh telah menghembuskan nafas terakhirnya akibat terseret oleh ganasnya gelombang di lokasi pemancingan.
Tauhid adalah adik ipar M. Saleh yang ikut berangkat ke lokasi pemancingan, ketika diwawancarai wartawan menjelaskan bahwa air pasang di lokasi pemancingan adalah sekitar sore hari dan terus semakin deras hingga tengah malam bahkan sampai dini hari. Katanya, pada malam itu, gelombang mulai turun sekitar pukul 02 dini hari.
Memperhatikan kondisi pasang air laut pada saat itu, Tauhid mem[perkirakan bahwa kakak iparnya itu sudah terseret gelombang pada sekitar pukul 21,00 Wita. Karena menurutnya, gelombang laut pada saat itu memang sangat dahsyat dan tinggi sehingga mampu menghantam tempat di ketinggian mereka duduk sambil memancing. “mungkin sekitar jam 9.00 malam dia sudah terseret gelombang”, ungkap Tauhid.
Rupanya, karena dianggap sterategis, tempat memancing yang dipilih oleh M. Saleh hanya berjarak sekitar 20 meter dari lokasi terseret dan tewasnya Rio oleh arus gelombang pada tahun 2017 silam. Hanya sayangnya, posisi M. Saleh dengan sekian banyak teman – teman sedesanya tidak berdekatan. “Yang terdekat dengan M. Saleh hanya Didi Suhardi, itu pun berjarak sekitar 50 meter. Sementara jarak mereka dengan saya kurang lebih 500 meter”, terang Tauhid.
Diceritakan Tauhid, mereka tiba di lokasi pemancingan pada sekitar pukul 17,30 beranggotakan delapan orang masing – masing 5 orang dari Desa Dore Bara yakni M. Saleh (korban), Sukardin, Azam, Didi Suhardi dan Tauhid. Sebagiannya lagi adalah 3 orang teman mereka dari Desa Ranggo Kecamatan Pajo. “Saya tidak kenal nama mereka”, tukas Tauhid.
Kepada wartawan, Tauhid mengungkapkan bahwa semula dia tidak berkeinginan untuk berangkat memancing karena beberapa hari sebellumnya baru saja pulang dari memancing. Akan tetapi ketika M. Saleh menceritakan niatnya untuk pergi memancing, hatinya tergerak untuk ikut juga. “Ketika saya minta izin untuk ikut, dia diam saja, malah dua kali saya bertanya tidak dijawab. Ada perasaan tidak tenang sehingga saya terpaksa ikut pergi meski tidak bersamaan berangkatnya”, urai Tauhid.
Tidak ada firasat apa yang dirasakan oleh keluarga M. Saleh kecuali rasa tidak tenang yang sesaat sempat dialami Tauhid. “Semua mendapatkan ikan hasil pancingan masing – masing”, jawab Tauhid (Idin)