DOMPU, MATITINEWS.COM – Kondisi air keruh bercampur lumpur yang diproduksi dan dialirkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Dompu menjadi perbincangan hangat di banyak kalangan pelanggan air PDAM. Mereka mengkritisi ketidakmampuan perusahaan air minum untuk mengalirkan air bersih di setiap musim hujan.
“Sudah puluhan tahun, ketika musim hujan bukan hanya keruh dan bercampur lumpur kelaur dari kran air tetapi cacing tanah pun muncul”, ungkap Swastari SH, anggota Bawaslu Kabupaten Dompu yang pernah menjadi pelanggan PDAM.
Menurut Swastari, masalah produksi air PDAM kabupaten Dompu adalah sebuah homework (PR) besar yang harus diperhatikan dan dituntaskan solusinya oleh Pemerintah setempat. “Karena selalu saja air keruh dan kotor yang mengalir ke kran kami, se tahun lalu saya putuskan untuk berhenti langganan dengan PDAM”, tukasnya.
Terhadap persoalan keruhnya air produksi PDAM, Zainal Arifin salah seorang pegiat LSM di Kabupaten Dompu menyarankan agar PDAM dijadikan sebagai Perusahaan dengan bisnis murni yang mencari keuntungan sehingga diharapkan nantinya mampu membiayai hidupnya guna menyediakan air yang lebih berkualitas dengan volume yang lebih memadai. Tapi memang lanjut Zainal perubahan ini akan berdampak pada kebijakan perusahaan yang tentu saja akan manikkan tarif harga air per meter kubik.
Zainal mengaku ikut prihatin dengan kondisi PDAM Dompu yang saat ini sebagian hidupnya dibantu melalui pendanaan oleh pemerintah. Pasalnya setiap bulan PDAM membutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk membeli bahan penjernih air.
“Tawas yang digunakan untuk proses penjernihan itu bukan hitungan ratusan Kg, tetapi puluhan Ton, luar biasa mahalnya sehingga wajar jika PDAM menjadi perusahan murni agar mampu membiayai banyak hal dalam memproduksi air yang berkwalitas baik untuk pelanggan”, urai Zainal yang mengaku adalah pelanggan PDAM Dompu
Menurut Zainal, PDAM sepertinya membutuhkan dana yang lebih besar agar mampu memberikan pelayanan yang optimal. Apabila hanya mengandalkan suntikan dana dari APBD Kabupaten Dompu, tentu saja bukanlah solusi yang baik bagi sebuah perusahaan, justru nanti Pemerintah akan kewalahan jika terus mendanainya.
Oleh karena itu lanjut dia, PDAM harus mampu mencari dukungan sumber dana lain misalnya dana kemitraan dengan organisasi dari dalam ataupun Luar Negeri yang tentu saja harus berdasar kebijakan Pemerintah. “sehingga nanti PDAM tidak lagi meminta dana dari pemerintah tetapi menjadi salah satu sumber pemasukan dana untuk Daerah”, urai Zainal
Salah satu solusi tentang produksi air bersih ini datang dari Aris Ansary, yang menyebut kehadiran bendungan Mila adalah sebuah pilihan tepat bagi PDAM untuk memproduksi air yang lebih bersih dan berkwalitas. Menurutnya, air dari Bendungan Mila sudah memenuhi syarat guna dijadikan sumber air untuk pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat Dompu.
“volume airnya cukup, lebih bersih lebih gampang treatmentnya dan yang lebih penting, elevasi airnya lebih tinggi dari Kota Dompu dan Kecamatan Woja”, Ujar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang khabarnya menjadi Bakal Calon Wakil Bupati akan berpasangan dengan Prof. Mansyur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Dompu tahun 2020 ini.
Sebenarnya PDAM juga sedang berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik untuk memproduksi air bersih, salah satunya dengan mengganti jaringan perpipaan. Hanya saja pekerjaan itu gagal dilanjutkan karena dihadang oleh masyarakat di Desa tempat jaringnan pipa ini dipasang. (Idin)