DOMPU, MATITINEWS.COM – Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) Ir. H. La Nyalla Mattalitti, melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), guna bertatap muka dengan lembaga adat dan pewaris Kesultanan Dompu.
Kehadiran Ketua DPD RI bersama sejumlah anggotanya ini adalah bertujuan untuk membangkitkan semangat kepemilikan terhadap bangsa ini. Karena menurutnya, seluruh Wilayah Kerajaan di berbagai pelosok negeri ini berperan besar sehingga terbangkitnya bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka berdaulat.
Dalam sambutannya pada pertemuan dengan tokoh adat dan lembaga adat bersama keluarga Kesultanan Dompu di Pendopo Bupati setempat, La Nyalla bercerita tentang beberapa pertemuannya dengan sejumlah tokoh nasional di Jakarta terkait masalah kebangsaan.
“Kami membahas tentang bagaimana kita sebagai bangsa membangun kesadaran akan pentingnya kedaulatan bangsa di tengah globalisasi. Mereka menyatakan bahwa momentum Sumpah Pemuda adalah tonggak sejarah kesadaran kita sebagai sebuah bangsa dimulai”, ungkapnya Selasa 07/06/2022.
Pada pidatonya di hadapan banyak pejabat dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Dompu, La Nyalla menegaskan bahwa momentum Sumpah Pemuda bukan satu-satunya tonggak sejarah kesadaran sebagai sebuah bangsa.
“Boedi Oetomo tahun 1908, Syarikat Dagang Islam 1905, dan jika ditarik mundur lagi ke belakang lebih jauh lagi, ada perlawanan Cut Nyak Dien terhadap Belanda, perang Diponegoro atau Perang Jawa di tahun 1825 hingga 1830. sejarah juga mencatat perlawanan sejumlah Kerajaan dan Kesultanan Nusantara kepada V.O.C di masa itu. Ini semua adalah tonggak kesadaran kebangkitan bangsa ini”, tegasnya.
Katanya, tradisi perlawanan Kerajaan dan Kesultanan Nusantara terhadap VOC dan penjajah Belanda ini menunjukkan bahwa kedaulatan kerajaandan kedaulatan adat adalah bagian dari eksistensi kerajaan dan kesultanan yang harus dipertahankan.
“secara hakekat, perlawanan-perlawanan tersebut adalah cikal bakal spirit kedaulatan sebagai sebuah bangsa, yang kemudian menjadi ilham dan inspirasi dalam melahirkan pejuang-pejuang kemerdekaan di tanah Nusantara ini” terang La Nyalla.
Ketua DPD RI ini pada kesempatan tersebut, juga mengungkap catatan sejarah tentang sikap Sultan Abdullah di Dompu sebagai sosok pemimpin yang taat menjalankan perintah agama dan yang menentang kebijakan Belanda. Lalu Sultan Sirajuddin yang merupakan putra dari Sultan Abdullah juga melakukan perlawanan terhadap kebijakan penjajah Belanda.
“Sehingga beliau ditangkap dan diasingkan ke Kupang pada tahun 1934. Ini semua adalah salah satu bukti bahwa sumbangsih Kerajaan dan Kesultanan Nusantara sebagai bagian dari proses lahirnya bangsa ini tidaklah kecil”, urainya.
Dia menegaskan, puncaknya adalah dukungan moril dan materiil dari Raja dan Sultan Nusantara kepada lahirnya Republik ini. Dukungan moril diberikan dengan sikap Legowo yang luar biasa dari para Raja dan Sultan dengan mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah Negara melalui Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Sedangkan dukungan materiil diberikan berupa bantuan uang, emas, tanah kerajaan dan bangunan untuk dipergunakan bagi kepentingan pendirian negara ini di awal kemerdekaan.
Bahkan hingga saat ini, sejumlah tanah dan aset Kerajaan Nusantara di beberapa tempat masih dipergunakan untuk kepentingan Pemerintah. Karena itu, Indonesia adalah negara besar.
Karena Indonesia lahir dari sebuah peradaban yang besar. Peradaban yang unggul. Yaitu peradaban Kerajaan dan Kesultanan Nusantara. Yang mewariskan banyak tradisi dan nilai-nilai luhur serta Adiluhung kepada bangsa ini. Dan peradaban tersebut dicatat oleh dunia dan sejarawan.
“Karena sumbangsih dan dukungan konkret Kerajaan Nusantara dalam proses lahirnya NKRI, maka, sangat tidak berlebihan, bila saya, dan seharusnya kita semua, menyebut bahwa Kerajaan dan Kesultanan Nusantara adalah salah satu pemegang saham utama negeri ini”, tukas Ketua DPD RI. (Idin)