DOMPU, MATITINEWS.COM – Dampak kekeringan dan krisis air bersih akibat kemarau panjang yang melanda beberapa Desa di Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin parah. Untuk mendapatkan air bersih saja sebagian warga harus merogoh kocek Rp 20.000,- hingga Rp 30.000,- per hari.
Pantauan media ini menyebutkan, warga di Desa Ranggo dan Desa Temba Lae, semakin kesulitan untuk mendapatkan air bersih karena semakin minimnya sumber mata air yang ada disekitar. Saat ini, hampir seluruh sumur milik warga di wilayah itu kering kerontang.
“Sekitar 80 persen sumur warga Ranggo mengalami kekeringan, sementara yang 20 persen sisannya tinggal menunggu waktu, karena saat ini sumur-sumur itu hanya bisa menghasilkan beberapa ember air saja dalam sehari,” ujar Darmawan warga Desa Ranggo
Saat ini sebagian warga di dua desa tersebut hanya mengandalkan air sumur bor yang berada di sekitar persawahan. Lokasi sumur bor sendiri jaraknya sekitar 1 km dari pemukiman warga, dan mereka pun harus rela mengantri lama karena debit air nya yang sudah semakin minim.
Sementara sebagian warga lainnya hanya mengandalkan bantuan air bersih yang disitribusikan secara sukarela oleh salah seorang warga, namun jumlahnya masih sangat terbatas.
“Karena jauh, kami terpaksa menggunakan jasa ojek untuk mengambil air, sehari kita harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20,000 hingga Rp 30.000,-, ” ungkapnya.
Untuk kebutuhan mencuci dan mandi, sebagian warga terpaksa menumpang di rumah dan sumur warga di desa tetangga yang jaraknya mencapai 5 Km.
“Hampir satu minggu ini kami terpaksa mencuci dan mandi di Desa Woko (Desa tetangga red),” keluh Rukyati warga Desa Tembalae.
Lebih jauh Rukyati mengungkapkan, sumber air perpipaan yang dikelola oleh Desa yang sebelumnya masih bisa memenuhi kebutuhan warga saat ini sudah tidak bisa diharapkan lagi. Debit airnya yang sudah sangat kecil sehingga tidak bisa lagi menjangkau ke rumah-rumah warga penerima manfaat.
“Dua minggu lalu, air yang dialirkan melalui perpipaan masih bisa kita manfaatkan meski debit airnya sangat kecil, tapi sekarang airnya sudah tidak ada,” katanya.
Krisis air bersih di dua Desa tersebut sudah terjadi dalam dua bulan terakhir, namun hingga saat ini belum ada pendistribusian air bersih dari Pemerintah Daerah. Demi keberlangsungan hidupnya, warga sangat berharap Pemerintah segera menanggapi persoalan yang dialami warga, agar secepatnya menyalurkan air bersih. (Pur)