LOTENG – Sejumlah tokoh masyarakat (Toma) dan tokoh adat bersama pemilik lahan yang masih sengketa, kemarin melakukan musyawarah dengan pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) dan Kabinda NTB. Acara tersebut diselenggarakan di kediaman HL Putria, salah seorang tokoh masyarakat Lombok Tengah (Loteng) kemarin Rabu 26/08/2020.
Pada kesempatan tersebut, Kabinda NTB, Ir Wahyudi mengharapkan agar para pemilik lahan dapat membuat matriks masing-masing satu tuntutan. Dimana pada setiap matriks tersebut harus dibuat daftar nama dan tabel nama obyek dan tuntutan.
“Misalkan ada 50 orang terdaftar pemilik maka 50 ini akan diselesaikan satu per satu. Sementara yang lain di luar 50 tidak perlu ikut campur dan mohon minggir demi adat dan budaya Sasak yang dijunjung tinggi”, ujar Ir. Wahyudi, kemudian melanjutkan, ini tujuannya agar lebih fokus sehingga dapat menghindari provokasi dari pihak yang tidak berkepentingan.
Sebelumnya, Kabinda mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai desain pihak luar atau asing yang berniat menciptakan konflik di tengah masyarakat Indonesia. Sebab menurut dia, kasus tanah Kute ini bisa diselesaikan dengan baik. “Jangan sampai ada yang meninggal, ada yang sakit saja kita ikut merasakan sakitnya”, tegas Kabinda.
Salah seorang pemilik tanah, Lalu Arifin Tomi menyampaikan uneg-unegnya bahwa, dia tidak akan mengosongkan lahan miliknya selama belum dibayar. ‘’Biar bagaimana pun tetap akan saya pertahankan selama belum dibayar”, tegas Lalu Arifin Tomi.
Semua aspirasi dan masukan dari pemilik tanah, dicatat dan diakomodir termasuk beberapa hal yang menyangkut solusi. Karena hal tersebut akan dilaporkan ke Kabin dan Presiden RI, Joko Widodo.
Datu Sile Dendeng, Miq Putria mengharapkan pembahasan tanah Kute ini bisa diselesaikan dengan musyawarah dan mengedepankan kearifan lokal. Apalagi Putrie sudah hapal di luar kepala persoalan tanah Kute termasuk untuk Moto GP yang mendunia itu. ‘’Jadi tidak perlu ada demo lagi, kita selesaikan dengan dialog,’’ tegasnya.
Ketua Laskar Sasak, Lalu Tahar juga menggaris bawahi pertemuan atau musyawarah ini merupakan salah satu bentuk mediasi untuk mencari solusi terbaik. Sehingga tujuannya untuk masyarakat adil dan makmur bisa segera tercapai. ‘’Jangan sampai kasus ini terkatung, katung,’’ harapnya.
Pada intinya Laskar Sasak mengharapkan ada win-win solution, persoalan tanah Kute. ‘’Supaya pelaksanaan pembangunan dan even berjalan mulus dan tentunya tidak merugikan masyarakat,’’ jelasnya.
Pertemuan yang digelar penuh keakraban ini, berlangsung sejak pukul 16.30 ini berakhir menjelang Maghrib. Kendati suasana sempat menghangat namun akhirnya mencair dan ditutupi dengan foto bersama.
Ikut hadir dalam pertemuan tersebut, Plt Kepala Bakesbangpoldagri NTB, Subhan Hasan. Tampak Kabinda tampil dengan baju adat Sasak dan tidak ada jarak psikologis dengan peserta musyawarah. (*)