DOMPU, MATITINEWS.COM – Kasus serangan demam berdarah dangue (DBD) pada anak umumnya ditandai dengan gejala demam. Namun, juga ada beberapa gejala lain yang perlu untuk diperhatikan oleh orang tua supaya dikenali agar DBD dapat terdeteksi sejak awal dan langsung segera ditangani. Sehingga risiko terjadinya komplikasi dapat ditekan dan anak anak yang terserang DBD bisa cepat sembuh.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Maman SKM, M.M.Kes kepada wartaan menyebutkan, DBD merupakan infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Masa inkubasi atau periode waktu dari terpapar virus hingga munculnya gejala DBD adalah 4 hari hingga 2 minggu.
Salah satu gejala khas DBD pada anak adalah demam dengan pola pelana kuda, yaitu anak akan mengalami demam tinggi pada hari 1–3 hari pertama, diikuti dengan penurunan suhu pada hari ke 4–6 yang menjadi fase kritis, dan diakhiri dengan kenaikan suhu kembali selama 2–3 hari yang merupakan fase penyembuhan.
Gejala DBD pada anak yang sering terjadi
Pada fase awal, gejala DBD bisa mirip dengan flu biasa, sehingga sering diabaikan dan dianggap demam biasa. Padahal, bila dicermati, gejala-gejala DBD sebenarnya memiliki kekhasannya masing-masing. Beberapa gejala tersebut adalah sebagai berikut:
1. Demam tinggi
Demam tinggi hingga mencapai suhu 40°C merupakan gejala DBD pada anak yang paling sering terjadi. Demam tinggi ini bisa terjadi pada hari 1–3 yang diikuti dengan gejala lain seperti mual, muntah, nyeri otot, tulang, dan sendi.
2. Bintik merah di seluruh tubuh
Bintik merah di seluruh tubuh merupakan gejala DBD pada anak yang paling mudah terdeteksi. Katanya bila sudah muncul bintik merah, jumlah keping darah anak biasanya sudah turun dan bisa masuk ke fase kritis.
“Seringkali ditemukan, fase kritis pada DBD tidak hanya ditandai dengan kemunculan bintik merah, fase kritis biasanya terjadi di hari ke-4 hingga hari ke-6 saat suhu anak mulai turun.
“Pada fase ini jumlah keping darah juga akan turun sehingga rentan terjadi perdarahan. Beberapa tandanya adalah munculnya bintik merah yang tidak hilang setelah ditekan, mimisan, atau memar,” terangnya.
3. Sakit kepala
Gejala DBD pada anak selanjutnya adalah sakit kepala berat yang diikuti dengan nyeri di belakang mata, nyeri sendi, otot, atau tulang. “Pada tahap ini biasanya sakit kepala yang diderita oleh anak yang terkena DBD menyebabkan anak lebih rewel, gelisah, dan sulit tidur,” urainya.
4. Nyeri sendi, otot, dan tulang
Beberapa orang menyebut bahwa sensasi nyeri saat mengalami demam berdarah cukup berat hingga terasa seperti ada tulang yang patah. Hal ini jugalah yang membuat DBD dikenal juga dengan istilah “breakbone fever”.
“nyeri sendi, otot, dan tulang ini juga bisa dirasakan oleh anak. sehingga, anak yang diserang DBD akan sangat rewel hingga sulit tidur saat merasakan gejala DBD ini.
5. Mimisan, gusi berdarah, dan memar
DBD pada anak bisa menyebabkan penurunan jumlah keping darah (trombositopenia). Semakin rendah jumlah keping darah, semakin mudah terjadi perdarahan. Biasanya, beberapa gejalanya adalah mimisan, gusi berdarah dan memar.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu menghimbau agar anak yang mengalami gejala DBD supaya dirawat di rumah sakit agar dokter bisa memantau kondisinya secara berkala. “Hal ini karena tetap ada risiko kebocoran plasma dan penurunan jumlah keping darah yang bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan memberatnya DBD hingga syok (dengue syok syndrome). (Tia/adv)