Tepuk tangan,riuh rendah, puji-pujian, serta senyum puas tergambar diwall efbe saya. Salut! Banyak orang menikmati event ini. Paling tidak, event ini sudah mampu menghadirkan senyum manis dari semua penonton, peserta, dan panitia pada malam itu.
Bagiamana tidak. Para ASN profesional yang banyak diwakili oleh kepala OPD menjadi begitu lihai berlenggak lenggok di atas catwalk yang bernuansa mewah dan elegan. Adik adik peserta yang dibalut dalam berbagai model rancangan busana muna Pa’a yang merupakan disaign dari para disigner lokal tampil begitu memukau dalam warna dan cuttingan yang begitu menawan.
Namun sayang, saya tidak dapat menikmatinya secara maksimal . Sebagai penonton kursi belakang (tenda luar) sejak awal saya sudah ragu tidak dapat menonton acara ini sebagaimana layaknya menonton sebuah peragaan busana. Jarak yang jauh, tidak ada layar pembesar, lampu yang tidak maksimal, sound yang putus – putus membuat saya pesimis.
Yah, meski demikian akhirnya sebagai penonton saya harus memakluminya sebagai sebuah kompromi agar saya dapat menikmati tontonan ini dengan baik. Tetapi sebagai masukan, tetap saja saya membuat beberapa catatan yang sehingga apabila even serupa diselenggarakan hal-hal dibawah ini dapat diperhatikan.
Yang pertama ; jarak antara catwalk dan tempat duduk saya sangat jauh. Sehingga saya tidak dapat melihat dengan jelas warna, cuttingan, bahkan model yang ditampilkan oleh para model.
Yang kedua; antara kursi penonton, terdapat kursi tamu undangan dan peserta dari OPD. Hal ini menghalangi pandangan dari penonton di bagian belakang. Kontan kami hanya dapat melihat “bagian kepala” dari para pelaku dipanggung.
Ketiga; litghing. Lampu liar bak lampu disko dan tidak fokus menyorot peserta sangat berpengaruh terhadap kemampuan penonton untuk melihat bagaimana corak, warna, serta tekstur muna Pa’a itu sendiri.
Empat;Narasi. Nama perancang, tema, serta hakekat dari rancangan harusnya dapat digambarkan orang perorang, sehingga kita MC nya tidak hanya berbicara menghibur, tetapi juga mengandung edukasi dan promosi terhadap rancangan para perancang yang telah bersusah ayah menuangkan ide dan gagasannya dalam outfit yang diperagakan oleh model pada malam itu. Dan perlahan-lahan kita tidak hanya menikmati rancangannya tetapi juga kita mengenal perancangnya, dan banyak orang kemudian mengembangkan karir sebagai perancang. Dan menggunakan Muna Pa’a baik sebagai busana resmi maupun busana santai. Inilah salah satu output dan outcome dari even ini.
Ke lima; catwalk tidak dalam bentuk panggung. Ini menyebabkan peserta tidak terekspose secara keseluruhan. Padahal dalam peragaan busana. Pertimbangan outfit “apa” akan menentukan model rambut, perhiasan, Bros, ikat pinggang, sepatu, bahkan riasan yang cocok dengan outfitnya. Dan ini sama sekali tidak dapat kami nikmati dari belakang. Karena posisi peserta rata dengan penonton. Yang dapat melihat mereka secara utuh yah, paling penonton yang berada di kursi paling depan!
Sehingga tidak heran, kalau kemudian penonton dan tamu dibagian belakang merangsek masuk membawa Kursi, berdiri dibelkang tamu-tamu VIP! Tanpa layar pembesar maka mereka hanya dapat mendengar hiruk pikuk musik tanpa melihat secara sempurna peserta peragaaan busana. Karena itulah esensi menonton peragaaan busana. Melihat outfit yang diperagakan secara sempurna!
Dan untuk mencapai esensi itu, bersama sahabat saya, saya pun nekat berdiri di atas kursi sebelum beranjak ke backstage untuk berinteraksi dengan peserta secara lebih dekat!
Ke enam; Sound. Mungkin karena inovasi atau semacamnya, kalau selama ini operator berada dibelakang panggung atau paling tidak dekat dengan MC maka pada even malam itu soundnya ada dibagian Depan dalam satu tenda yang bagus. Kelemahannya adalah ketika terjadi trouble antara MC dan operator musik tidak dapat berkomunikasi dengan cepat sehingga bisa saling berimprovisasi. Sehingga ketika beberapa kali soundnya mati karena kabelnya terinjak penonton cukup mengganggu jalan acara ini.
Jadi, tanpa ingin menyalahkan siapapun. Terutama panitia yang telah bekerja keras siang malam mewujudkan even ini, dan tanpa mengurangi tepuk tangan saya. Kedepan even ini dapat dikemas dengan baik. Paling tidak 6 hal di atas menjadi catatan penting sehingga tujuan program kegiatan dapat tercapai.
Tiada gading yang tak retak!
#tapijanganbanyakbanyakyah!