DOMPU, MATITINEWS.COM – Kasus balita dengan tinggi badan rendah atau stunting proses penekanannya diakui paling tepat dengan melakukan pendidikan kepada orang tua tentang pengasuhan yang benar yakni, melalui Kampung KB.
Kabupaten Dompu berdasarkan hasil pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan secara berturut di tahun 2015, 2016hingga tahun 2017, ternyata stunting muncul karena sejumlah sebab termasuk, akibat peran orang tua dan keluarga yang belum maksimal dalam pengasuhan anak. Untuk itu DPPKB Kabupaten Dompu ikut mengambil peran yang cukup signifikan dalam memberikan edukasi atau pendidikan terhadap orang tua.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Dompu Gatot Gunawan Putra SKM, saat ditemui wartawan belum lama in mengatakan, terkait masalah stunting, peran DPPKB adalah dengan memberikan pendidikan khusus kepada mereka para orang tua tentang pengasuhan anak.
Menurutnya, salah satu program DPPKB tentang pengasuhan orang tua terhadap anak adalah melalui Kampung KB. Lanjut Gatot, Kampung KB memiliki layanan teknis mulai dari pos pelayanan terpadu (posyandu), konseling pranikah hingga pemberdayaan ekonomi keluarga dan pengasuhan orang tua.
“Jadi mulai dari remaja sudah diperkenalkan dengan kasus stunting, kami akan mendorong supaya orang tua dan remaja memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah stunting,” tutur Gatot.
Sebagaimana diketahui, secara nasional data Pantauan Status Gizi (PSG) 2016 menunjukkan penurunan jumlah balita pendek bila dibandingkan dengan 2015. Pada 2015, data PSG menunjukkan jumlah balita stunting 29,1 persen, dengan perincian sangat pendek 10,1 persen dan pendek 18,9 persen. Pada 2016, jumlah balita stunting menurun menjadi 27,5 persen, dengan perincian sangat pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen. (Amar)