DOMPU, MATITINEWS.COM – Akhirnya terungkap bahwa sedikitnya 38 dari 100 balita di kabupaten Dompu mengalami masalah stunting. Balita stunting mengalami gangguan kesehatan terutama terhambatnya pertumbuhan pada jaringan tubuh terutama pada organ lunak seperti jantung, hati, ginjal dan lainnya.
Hal tersebut disampaikan Hj. Iris Juita Kastianti SKM, M.MKES, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, kepada wartawan bahwa, stunting merupakan manifestasi dari kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Katanya, pencegahan dan penanggulangan terhadap kasus stunting harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran dan berlanjut sampai anak berusia 2 tahun.
Kepala Dikes Dompu yang akrab disapa Umi Iris ini menjelaskan, Intervensi yang paling menentukan adalah mempersiapkan seorang calon ibu dengan memberikan pelayanan kepada ibu hamil secara optimal dan memaksimalkan proses persalinan, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Setelah itu lanjutnya, ASI eksklusif harus diberikan sampai anak berusia 6 bulan yang diawali dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemantauan pertumbuhan perkembangan dilakukan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
“Yang paling penting lagi adalah dengan mengawasi penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan (270 hari atau 9 bln dalam kandungan ditambah 730 hari atau sampai anak berusia 2 tahun). Intervensi ini masih terus berlanjut dengan memberikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A plus obat cacing di bulan februari dan agustus dan memberikan MP ASI pada bayi usia diatas 6 bulan”, jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu.
Disebutkan bahwa, persoalan gizi pada anak yang berdampak stunting dan kekurangan gizi pada ibu hamil sering tidak teridentifikasi oleh individu, keluarga dan masyarakat sekitarnya, sebagai sebuah masalah yang harus dicegah dan harus mendapat perhatian khusus. Karenanya lanjut Umi Iris, dengan adanya kasus stunting ini maka menempatkan keluarga sebagai lokus dan focus aksi pemecahan permasalahan gizi di masyarakat, menjadi sangat penting untuk didepankan.
Dia juga menerangkan tentang bagaimana melihat indikasi bayi mengalami stunting atau tidak, katanya hal itu bisa terbaca sejak dalam kandungan, selama masa kehamilan, ibu hamil mesti mendapatkan asupan gizi yang mencukupi untuk diri sendiri dan janinnya. Sebab pada masa 0-2 minggu pertama kehamilan terjadi pembelahan sel di dalam kandungan, kemudian selama 8 minggu pertama kehamilan mulai terbentuk cikal bakal organ yang akan menjadi otak, hati, jantung, ginjal dll. “Pada masa ini kebutuhan gizi ibu dan janin harus terpenuhi terutama asam folat dan zat besi”, urai Umi Iris.
Setelah bayi lahir jelas Kepala Dikes Dompu yang dialntik kurang lebih satu bulan lalu ini, cara kasat mata untuk mengetahui apakah bayi mengalami stunting atau tidak adalah dengan mengukur berat dan panjang badannya, waspada jika berat badan bayi baru lahir kurang dari 2500 gram dan panjangnya kurang dari 48 cm. Namun lanjutnya, seiring pertumbuhannya maka berat badan dan panjang anak bisa bertambah bila ada perbaikan dalam pemenuhan gizinya.
“Kami berharap, tahun ini kita semua bisa menjadikannya sebagai momentum penting untuk perbaikan gizi masyarrakat, melalui interaksi dan sinergi lintas sektor kita semua akan mampu mewujudkan dan mendukung Aksi Seribu Hari pertama Kehidupan (ASHAR) sehingga stunting bisa dilawan sebagai musuh bersama” tegas Umi Iris. (Amar)